Mahadewa ( Dewa Siwa, Dewi Sati, dan Dewi Parwati)
Belakangan ini saya sedang tergila-gila dengan serial asal India berjudul asli Devon Ke Dev... Mahadev (Lord of the Lords... Mahadev). Di Indonesia sendiri sinetron ini berjudul Mahadewa tayang di ANTV setiap Senin-Sabtu.
Bagi saya. serial ini bermakna luar biasa dan memberikan berbagai 
pelajaran penting dalam hidup. Meski tidak mengikuti mulai dari episode 
pertamanya, sejak mengenal serial ini, saya langsung tertarik. Serial 
yang menceritakan tentang mythology Hindu dari India  yang berkisah mengenai para dewa khususnya Dewa Siwa (Shiva).
Awalnya saya setia menanti setiap kelanjutan per episode-nya di tv, tapi
 lama-lama rasa ingin tahu saya kepada Mahadewa semakin mendalam hingga 
membawa saya ke penelusuran lebih lanjut di dunia maya. Ternyata, 
sinetron ini sudah mulai tayang di tahun 2011 dan masih berlangsung 
hingga sekarang. Saat ini episodenya sudah mencapai 700 episode versi 
LifeOk (27/06/2014)
Demam Mahadewa saya terbawa ke semua orang yang ada di rumah. Meski 
serial ini sirat akan ajaran agama Hindu tapi beruntung keluarga saya 
(yang menganut agama islam) bisa menerima dengan pikiran terbuka dan 
menghargai ajaran lain sebagai sesama umat beragama. Dari dulu saya 
memang mengagumi ajaran Agama Hindu. Dari yan terlihat, agama ini banyak
 mengajarkan kedamaian, ketenangan dan pribadi yang santun.
Saat ini saya sudah menyelesaikan setengah perjalanan dari serial ini. 
Di awal cerita lebih berkisah tentang perjuangan percintaan untuk 
bersatunya Dewa Siwa dengan Adhi Sakti (yaitu Dewi Sati kemudian 
bereinkarnasi menjadi Dewi Parwati). Sakti yang dimaksud adalah setengah
 bagian dari Dewa yang berperan untuk membantu mengemban tugas.
Serial ini juga menceritakan tentang peran Trimurti; Brahma (Dewa 
Pencipta), Wisnu (Dewa Pemelihara) dan Siwa (Dewa Pelebur) dalam menjaga
 keseimbangan dunia. Dewa Siwa dianggap mempunyai peran lebih tinggi dan
 ditakuti di antara Trimurti ini. Dewa yang sangat pemaaf ini mampu 
menghancurkan dunia sesuai kehendaknya dan memiliki kemampuan yang 
berbeda-beda di dalam dirinya. Jadi wajar, jika Dewa Siwa memiliki 
banyak nama dan panggilan di daerah tertentu.
Siwa juga terkenal sebagai master of yogi dan mengajarkan peleburan dosa
 melalui meditasi dan reinkarnasi. Dalam segi penampilan, Siwalah yang 
paling sederhana dan tinggal di dalam hutan, sedangkan Brahma yang 
tinggal di atas awan dan Wisnu tinggal di perairan berpakaian lebih 
layak. Siwa tidak memiliki aturan khusus dalam hidup selain kembali ke 
alam, dan dua Dewa lainnya jelas memiliki aturan-aturan penting yang 
menjadi pedoman manusia hingga saat ini.
Dalam Hindu, secara keseluruhan tunduk kepada Trimurti yang menngacu 
kepada Brahman (Tuhan) mereka, tidak ada yang tidak layak untuk tidak 
disembah. Ketiga Dewa memiliki posisi yang sama sebagai penyelaras 
dunia. Meski demikian Siwa adalah penguasa tiga waktu, masa lalu, masa 
kini dan masa depan. 
Sati adalah anak dari Prajapati Daksa yang merupakan anak dari Dewa Brahma sendiri. Pertemuan yang tidak siap dan cinta yang belum layak dari Sati menimbulkan banyak masalah untuk bersatu. Termasuk penolakan dari ayah ati, Prajapati Daksa yang sejak awal sudah membenci Siwa dan tidak menganggap Siwa sebagai dewa dan malah menanggap Siwa sebagai gelandangan.
Berbagai konflik dan peperangan terjadi akibat permusuhan dari Prajapati Daksa dan Siwa terutama setelah Sati yang mengetahui bahwa dirinya adalah Sakti dari Siwa. Sati yang belum layak dan bersikeras dengan egonya ingin segera menikah dan memiliki Dewa Siwa.
![]()  | 
| Mouni Roy as Devi Sati | 
Sati yang belum layak dan masih mementingkan hal-hal duniawi menjadi hambatan untuk rumah tangga mereka. Setelah beberapa waktu tinggal di Kailash, Sati yang diajarkan untuk bermeditasi dan mencapai Adhi Saktinya malah memikirkan tentang ritual api terakhir ayahnya namun hanya dirinya dan Siwa tidak diundang.
Merasa tak memerlukan undangan untuk mengunjungi rumah orang tuanya, Sati bersikeras untuk menghadiri acara tersebut dan mengajak Siwa ke sana. Dewa Siwa menolak untuk datang karena mereka satu-satunya yang tidak diundang. Sati menginginkan akhir dari permusuhan ini, hingga dia ingin meluruskan dan memohon kepada ayahnya nanti untuk mengundang Siwa.
Dewi Sati berangkat dengan Nandi (kerbau kendaraan Dewa Siwa), sesampainya di sana meski sudah ditolak untuk masuk ke dalam, Sati tetap masuk berkat belas kasihan penjaga pintu. Hari itu adalah akhir dari permusuhan anatara ayahnya dan Siwa.
Siwa mengetahui bahwa hari itu adalah bencana bagi semua umat. Karena tidak diundang dan terlanjur berjanji pada Sati untuk datang setelah sesuatu terjadi padanya, Siwa tak kuasa untuk mencegah hal itu terjadi. Di puncak perseteruan Sati dengan ayahnya, Sati mengorbankan dengan membakar diri di api ritual karena tidak tahan atas hinaan yang ditanggung oleh suaminya.
Sebelum membakar diri, Sati mengutuk siapapun yang hadir di acara ritual ayahnya menanggung dosa yang amat besar kepada Dewa Siwa termasuk Dewa Brahma dan Adhi Saktinya (Dewi Sarasati) juga Dewa Wisnu dan Adhi Saktinya Dewi Laksmi.
Dewa Siwa sangat murka atas meninggalnya Dewi Sati. Bumi tengah porak 
poranda dan Mahishasura (setan) yang dari awal ingin membunuh Sati 
bersuka cita. (Karena terlibat perjanjian dengan Dewa Siwa bahwa yang 
hanya dapat membunuhnya adalah anak dari Dewa Siwa). Ayah Sati, 
Prajapati Daksa dipenggal kepalanya di depan api ritual oleh Rudra 
(bentuk lain dari Dewa Siwa).
Dewa-Dewi lainnya merasa bersalah dan mengatur ntuk kelahran kembali 
dari Adhi Sakti milik Siwa dalam bentuk manusia lagi. Adhi Sakti 
tersebut dilahirkan sebagai putri dari keluarga Raja Himalaya dengan 
kondisi yang lebih siap dan layak. Putri tersebut bernama Parwati 
(Parvati/Uma/Durga).
Sementara itu Siwa berlarut dalam kesedihan di bentuk manusia dan mengembara keliling dunia.
Setelah terlahir ke dunia, seluruh dewa dan brahmana (sebagai penebus 
rasa bersalah) membantu kesiapan dan kelayakan Parwati untuk mengahadap 
dan mendampingi Dewa Siwa. Kelebihan Parwati sedari kecil adalah dapat 
melindungi dirinya sendiri.
Semuanya bejalan dengan lebih lancar jika dibandingan dengan kisah Dewa 
Siwa dan Dewi Sati. Parwati yang merupakan reinkarnasi dari Dewi Sati 
sudah mengetahui dirinya adalah istri dari Dewa Siwa sejak dia masih 
kecil.Dewi Sati dan Dewi Parwati adalah sama, hanya kesiapan dan 
kesabaran saja yang menjadi keunggulan Dewi Parwati, cinta dari bentuk 
Adhi Sakti ini hanya untuk Dewa Siwa saja.
Dewi Parwati menyiapkan dirinya bahkan menempuh peleburan dosa untuk 
menjadi layak bagi Dewa Siwa. Dengan menjalankan berbagai macam proses, 
pernikahan yang direstui oleh kedua orang tua mereka juga dirayakan oleh
 semua umat Hindu sebaga hari yang berbahagia, Hari Maha Shivaratri.
Kelanjutan cerita ini menceritakan tentang anak-anak dari Dewa Siwa dan 
Dewi Parwati, salah satunya yaitu Ganesha yang saat ini menjadi Dewa 
yang paling banyak disembah di muka bumi karena simbolnya yang 
mencerminkan pengetahuan dan pelindung sastra. 


Kisah yang menarik legenda dewi sati
BalasHapus